Beberapa wilayah di India terpapar panas ekstrem hingga menyebabkan kekeringan dan kematian

Manusia berkeringat ketika temperatur tubuhnya mencapai 98.6°F (37°C). Berkeringat membantu mendinginkan tubuh dengan mengambil rasa panas dalam tubuh dan membuatnya menguap. Namun, hal tersebut tidak bisa terjadi setiap saat karena yang terjadi nantinya adalah dehidrasi.
Dehidrasi mengurangi aliran darah dan mencegah darah dari mendapatkan ke organ seperti ginjal atau otak, meninggalkan mereka dengan kerusakan sel yang signifikan. Akhirnya, organ-organ ini akan mulai berhenti berfungsi, menyebabkan trauma lebih lanjut. Contohnya seperti yang dikutip dari New England Journal of Medicine, bagaimana turunnya fungsi usus bisa melepaskan bakteri ke dalam aliran darah.
“Beberapa mekanisme tubuh terlibat dan tidak semuanya baik. Jika trauma terjadi secara bersamaan, kita bertemu dengan malapetaka,” jelas Piantadosi.
Malapetaka yang dimaksud bisa berarti kematian. Termasuk pada 30%-40% orang-orang yang terpapar panas berlebihan meskipun sudah mendapat perawatan medis. Pada beberapa wilayah, seperti India, tenaga kesehatan dan pengetahuan yang terbatas membuat mereka tidak mengetahui bahayanya sehingga tidak berobat. Anak-anak dan orang tua yang memiliki penyakit hati, paru-paru dan ginjal cenderung lebih rentan. Itulah alasan mengapa udara yang sangat panas bisa membunuh kita.
Dengan perubahan iklim, panas yang berlebihan akan menjadi masalah besar di dunia. Sebuah studi di National Center for Atmospheric Research and the City University of New York menemukan fakta bahwa paparan panas ekstrim pada warga Amerika bisa meningkat 4-6 kali di pertengahan abad.

sumber berita banjarmasin post.com

animasi lucu blog, kode html animasi lucu blog, emoticon lucu blog
kembali ke >>,,



blog status >> halaman lainnya

beranda utama facebook kta