Kuingin semagatku seperti dia

Edi Priyanto (16) pelajar penyandang tuna daksa di SMP N 2 Sewon, Bantul tidak pernah terlambat sekolah meski dia harus menempuh jarak 5 km dengan kursi roda. Hal tersebut membuat Kepala Sekolah SMP N 2 Sewon, Asnawi menjadi bangga. Jika dibandingkan dengan siswa lainnya yang tidak memiliki keterbatasan, Edi lebih memiliki semangat untuk sekolah. Siswa lain justru beberapa di antaranya kerap terlambat padahal rumahnya tidak sejauh rumah Edi. "Edi itu nggak pernah terlambat sekolah, itu dia berangkatnya pagi banget, sampai sini jadi nggak terlambat, di sini masuk jam 7, jam setengah 7 dia sudah sampai," kata Asnawi. Edi sendiri sempat ditawari untuk pindah sekolah ke sekolah yang lebih dekat dengan rumahnya. Namun dia menolak karena sudah merasa nyaman di SMP N 2 Sewon. "Pernah dari dinas menawarkan, tapi anaknya nggak mau, sudah nyaman di sini katanya," ujar Asnawi. Edi mengungkapkan salah satu alasannya tetap ingin sekolah di SMP N 2 Sewon, karena SMP N 2 Sewon adalah sekolah inklusi. Dia merasa lebih nyaman bergaul dengan teman-temannya tanpa membeda kondisi fisik. "Lha saya nggak papa di sini, kenapa harus pindah, di sini juga sudah banyak teman," ungkapnya. Di SMP N 2 Sewon ini, Edi berteman dengan Slamet penyandang tunanetra yang juga memiliki semangat besar untuk sekolah. Dia dan Slamet kerap belajar bersama, bahkan Edi pun beberapa kali menemani Slamet tidur di ruang Pramuka sekolah

➡➡➡➡kembali ke blog status || kategore lainnya || beranda utama