Karena tak cukup, para nelayan memutuskan untuk mengeluarkan stok beras dan memasak untuk para pengungsi. “Butuh waktu sekitar 20-30 menit untuk memasak,” katanya. “Makannya pun di tangan, karena persediaan piring tak cukup.” Ar Rahman Salah satu nelayan dari Langsa, mengatakan ia mendapatkan informasi dari radio komunikasi mengenai kapal yang hampir tenggelam di perairan Aceh Timur. "Lalu saya dan kawan-kawan menuju lokasi untuk menolong mereka. Ketika sampai di sana kami melihat ratusan orang, laki-laki dan anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia. Ketika melihat kami laki-laki melompat ke laut dan berenang, sedih kami melihatnya," jelas Ar Rahman. "Laki-laki melompat ke laut sambil histeris dan berteriakAllahu Akbar. Mereka meminta tolong dengan bahasa mereka," jelas Ar Rahman dilansir BBC Indonesia. Proses evakuasi para pengungsi ke pelabuhan Kuala Langsa kala itu dilakukan oleh lebih dari enam kapal nelayan dari Langsa. Mereka lalu dibawa ke Teluk Langsa dan ditangani kepolisian setempat serta pemerintah daerah. Cerita mengenai kebaikan nelayan Aceh bagi pengungsi tak hanya sebatas menyelamatkan. Pada gelombang pengungsi sebelumnya, warga Aceh membantu dengan memberikan makanan ke tempat penampungan. Bahkan ada beberapa warga Aceh yang ingin mengadopsi anak-anak pengungsi. “Saya benar-benar tulus ingin merawat anak Rohingya. Apalagi mereka adalah warga Muslim. Sesama Muslim, kita harus saling membantu. Apalagi dulu saat konflik Aceh, kita juga pernah merasakan bagaimana penderitaan akibat perang,” kata Ilyas, warga Aceh. Mereka dihalau AL karena dalih 'kedaulatan' Para pengungsi yang ingin pergi ke Malaysia ini ditinggalkan kapten kapal terombang-ambing di tengah laut. Ketika mereka mendekati Indonesia, mereka mengatakan kapal TNI AL menghampiri, memberi makanan dan minuman, lalu disuruh pergi.
Dalam keadaan resah karena mesin kapal mati dan terapung-apung beberapa hari di lautan, kapal milik angkatan laut Malaysia mendekat. Lagi-lagi, mereka hanya diberi bantuan makanan dan minuman. Perahu mereka lalu ditarik ke tengah laut oleh angkatan laut Malaysia. “Kami dilepas di tengah laut, dekat perairan Indonesia,” kata Sahidul, salah seorang pengungsi. Panglima TNI Jenderal Moeldoko membenarkan penolakan tersebut. “Untuk suku Rohingya, sepanjang dia melintas Selat Malaka, kalau dia ada kesulitan di laut, maka wajib kita bantu. Kalau ada sulit air atau makanan, kita bantu, karena itu terkait human. Tapi kalau mereka memasuki wilayah kita, maka tugas TNI untuk menjaga kedaulatan,” dalih Moeldoko. Menurut Moeldoko, bila para pengungsi dibiarkan masuk ke wilayah Indonesia, mereka akan memunculkan persoalan sosial. “Urus masyarakat Indonesia sendiri saja tidak mudah, jangan lagi dibebani persoalan ini,” katanya. Saat ditanyakan bagaimana nasib para pengungsi Rohingya ini jika tak ada negara yang mau menampung, Moeldoko menolak berkomentar. Moeldoko mengatakan itu urusannya menteri Luar Negeri. kembali ke blog status || kategore lainnya || beranda utama |>> facebook kita